Selasa, 03 September 2019

Patah hati mu bahagia ku


Aku, tidak pernah sebaik yang kamu pikir.

Dibalik diam dan ketidakpedulian ku, aku berdoa semoga Tuhan memisahkan mu dengannya, meminta Ia menyadarkan mu bahwa ada yang jauh lebih baik dari kekasihmu yang sejak awal tak pernah ku sukai. Kamu pantas dapat yang jauh dan jauh lebih baik darinya.

Do’a itu ku panjatkan berbulan-bulan yang lalu, hingga terlupakan. Mungkin karena aku menyadari, aku tidak diposisi yang baik jika meneruskan rasa yang akan membuat kita saling tak nyaman. Aku membuat kamu berpikir aku menyukai orang lain dan itu bukan kamu.

Dan Tuhan mengabulkannya, ia memisahkan mu dan dirinya entah karena apa. Aku tak tau, kamu bukan orang yang bisa bercerita—apalagi dengan ku. Pengakuan mu tentang perpisahan mu dengannya membuat ku tertawa, aku menertawakan mu ketika mendengarnya, bahkan terbahak. Tapi aku menyadari—betapa jahatnya aku karena bahagia diatas rasa patah hati mu. Hingga aku tak berani bertanya—kenapa? Mengapa? Bukankah dia gadis yang kamu cintai?

Aku menghargai rasa patah hati mu, hingga memilih tidak bertanya. Aku biarkan, toh—walaupun aku bertanya, kamu tidak akan menjawab. Siapa aku—hingga perlu jadi tempat kamu bercerita?

Bagaimanapun jahatnya aku, ada satu do’a yang kupanjatkan untuk mu di sela pinta ku agar Ia memisahkan mu dengan gadis itu. Semoga kamu—diberikan gadis yang jauh lebih baik darinya, gadis yang memang kamu butuhkan—bukan gadis yang kamu inginkan. Berbahagialah walaupun tidak bersama dengannya, kamu hanya kehilangan seseorang yang belum tepat untuk mu.

Dari aku,
Yang tak pernah kamu lihat, bahkan tak pernah kamu tatap.

Share:

0 komentar:

Posting Komentar