Aku
mendengar kabar tentang dirimu hari ini, katanya kamu di tolak oleh gadis yang
kamu sukai—Dan itu cukup melukai mu, mengingat kamu menyukainya dengan sangat.
Sebenarnya
bukan hanya mendengarnya, aku memang menyegajakan diri untuk menemui mu tanpa pesan,
setidaknya aku ingin memastikan kamu baik-baik saja setelah adegan penolakan
yang menyakitkan. Terlebih yang ku dengar, kamu ditertawakan setelah di tolak—bukan
hanya olehnya tapi oleh yang lain juga—teman-teman mu?
Tau
apa mereka tentang rasa suka? Apa rasa suka selucu itu hingga patut
ditertawakan. AH—mereka berkata karena kamu begitu menggemaskan untuk dikerjai.
Bagi ku, rasa suka tidak selucu itu untuk jadi bahan bercandaan, jadi sebuah
alasan untuk mereka mentertawakanmu.
Mengatakan
perasaan tidak semudah bicara, dibalik kata ‘aku menyukai mu’ ada setitik
harapan untuk saling memiliki hingga mengalahkan rasa takut mendengarkan
penolakan. Mengatakan perasaan tidak pernah sebercanda itu—hingga dijadikan
bahan tertawaan.
Ku
doakan kamu segera baik-baik saja, tetap semangat walaupun terluka. Namanya
luka—ia akan segera kering seberjalanannya waktu, ia perlahan-lahan akan
sembuh. Jadi—sampai saat itu, semoga kamu baik-baik saja.
Dari
aku—yang ikut terluka karena kamu terluka, yang juga terluka karena kamu
menyukai gadis lain dan itu bukan aku.
—Ide
cerita dari seorang teman di kantor, di bumbuin sedikit biar makjleb jadi jangan hardfeeling nggak semua yang ku tulis karena terjadi pada diri ku
sendiri—
0 komentar:
Posting Komentar