“Kita pasti akan bertemu lagi—.” Ucapan ku itu
membahana, menatap foto mu dengan nanar air mata. “Dan ketika kita bertemu lagi—kamu
akan menyesal tidak bersama ku—mencampakan ku.” Sumpah serapah ku ucapkan tanpa
perduli, lupa doa-doa ku dulu yang meminta kamu bahagia bersama dengan ku. “Kamu
akan menyesal—kamu akan…” Tangis ku pecah, tanpa mampu melanjutkan kata-kata,
aku berharap Malaikat lewat lalu memberitahu Tuhan agar mengijabahi do’a—sumpah
serapah ku.
***
Waktu berlalu—dan benar saja ku temu kan kamu
berdiri didepan ku, menatap ku—menerka-nerka benarkan yang ada dihadapan mu
adalah aku, ragu-ragu untuk menyapa. Sampai pada akhirnya aku membalas tatapan
keraguan mu, hingga kamu tersenyum lebar menyapa ku terlebih dahulu.
“Sekar, kan?” Kamu menghampiri ku, seolah lupa
apa yang kamu lakukan di tahun-tahun lalu. “Apa kabar?” Aku menyeringai,
tersenyum penuh kemenangan—Tuhan mengijabahi do’a ku.
“Kami akan bertemu lagi—dan di saat itu
terjadi, kamu yang akan lebih dahulu datang.”
“Maaf kamu siapa—.” Ucap ku sambil tertawa. “Tidak
pernah lebih baik dari hari ini.”
***
Semoga Tuhan mengijabahi—
Sekarsae
0 komentar:
Posting Komentar