Menginjakan kaki di Jakarta tidak pernah
seperti ini rasanya—setelah sekian lama tentunya. Ada kerinduan menggebu-gebu
di balik keberadaan ku disini—kalau dulu aku akan mengatakan ‘kini kita berada
di langit yang sama—dikota yang sama’, tapi kini aku enggan mengatakannya walaupun
tau kita kini berada di kota yang sama—dan masih saja di bawah langit yang
sama. Tak bohong aku ingin berjumpa walaupun sekali, entah segaja-menyengaja—menatap
mu setelah beberapa tahun tak berjumpa.
“Sekar?” Sapaan itu mengagetkan ku,
menghentikan langkah ku dan roda koper yang ku tarik. “Sekar Sae?” Tanyanya
penuh keraguan, menatap-dan menebak-nebak wajah siapa yang ada di balik masker
yang tengah ku gunakan. “Hai.” Senyum sumringah yang lama tak ku lihat kini ada
didepan ku, menatap ku seolah menemukan sesuatu yang sudah lama ingin di
temukan. “Apa kabar?”
Semesta mendukung—baru saja ku dawamkan ingin
ku bertemu dengan mu, dan begitulah kiranya pertemuan kita setelah sekian lama.
“Sedang apa di Jakarta?” Tanya mu sembari
celingukan mencari orang di sekitar ku, memastikan dengan siapa aku datang. “Kok bisa kebetulan ketemu ya?” Kamu terkekeh,
aku masih tak berhenti menatap.
“Jodoh mungkin.” Jawab ku sembarangan, lalu
disusul dengan tawa kecil.
Kamu salah tingkah dengan jawaban ku. “Mau
kemana habis ini?” Tanya mu mengalihkan rasa gugup. “Mau makan siang bersama?”
0 komentar:
Posting Komentar