Rabu, 29 Mei 2019

Bukan sebuah candaan


Aku mendengar kabar tentang dirimu hari ini, katanya kamu di tolak oleh gadis yang kamu sukai—Dan itu cukup melukai mu, mengingat kamu menyukainya dengan sangat.

Sebenarnya bukan hanya mendengarnya, aku memang menyegajakan diri untuk menemui mu tanpa pesan, setidaknya aku ingin memastikan kamu baik-baik saja setelah adegan penolakan yang menyakitkan. Terlebih yang ku dengar, kamu ditertawakan setelah di tolak—bukan hanya olehnya tapi oleh yang lain juga—teman-teman mu?

Tau apa mereka tentang rasa suka? Apa rasa suka selucu itu hingga patut ditertawakan. AH—mereka berkata karena kamu begitu menggemaskan untuk dikerjai. Bagi ku, rasa suka tidak selucu itu untuk jadi bahan bercandaan, jadi sebuah alasan untuk mereka mentertawakanmu.

Mengatakan perasaan tidak semudah bicara, dibalik kata ‘aku menyukai mu’ ada setitik harapan untuk saling memiliki hingga mengalahkan rasa takut mendengarkan penolakan. Mengatakan perasaan tidak pernah sebercanda itu—hingga dijadikan bahan tertawaan.

Ku doakan kamu segera baik-baik saja, tetap semangat walaupun terluka. Namanya luka—ia akan segera kering seberjalanannya waktu, ia perlahan-lahan akan sembuh. Jadi—sampai saat itu, semoga kamu baik-baik saja.

Dari aku—yang ikut terluka karena kamu terluka, yang juga terluka karena kamu menyukai gadis lain dan itu bukan aku.

—Ide cerita dari seorang teman di kantor, di bumbuin sedikit biar makjleb jadi jangan hardfeeling nggak semua yang ku tulis karena terjadi pada diri ku sendiri—

Share: