Minggu, 30 Juni 2013

Kardus Cinta

“Tulisan ini untuk ikut kompetisi @_PlotPoint : buku Catatan si Anak Magang Film “Cinta Dalam Kardus” yang tayang di bioskop mulai 13 juni 2013.”

Tulisan ini tentang seseorang—dia bukan pacar ku, dia hanya gebetan yang tidak pernah jadi pacar ku dan baru sekitar tujuh bulan yang lalu ia meninggalkan ku—mematahkan harapan yang ku bangun lebih dari Sembilan bulan. Dan kardus ini berisi semua barang yang dia berikan dan juga barang yang ingin ku berikan namun tak pernah ku berikan padanya—karena waktu sudah terlanjur memisahkan kami. Sebut saja dia—Gema.

Gema adalah teman satu jurusan ku, dari awal aku lah yang pertama naksir dia, mengejar-ngejarnya dan pertama kali yang menyatakan cinta padanya. Dia menolak dan terus menolak, namun ia tidak beranjak jauh dari ku, terus menerus didekat ku, memberi perhatian dan memberikan harapan, sampai aku menganggap—tidak mungkin dia tidak mencintai ku?

Gantungan kunci, itu benda pertama yang ia berikan pada ku setelah ia pergi ke Jogjakarta, begitu sampai Semarang, ia langsung ke kos ku untuk memberikan gantungan kunci. Sebenarnya aku berharap lebih, aku inginkan lebih besar, setidaknya kaos Jogja lah. Tapi benda kecil itu membuat ku tak berhenti tersenyum saat itu—karena ada tulisan ‘I Love You’. Aku ke-geeran di buatnya saat itu, namun aku tidak bisa berkata apa-apa.

Kertas atau tepatnya lipatan kertas yang membentuk sebuah perahu kertas, yang ketika lipatan-lipatannya di buka, akan terlihat dua tulisan yang berbeda, tulisan aku dan dia, waktu itu aku sedang marah dengannya tidak mau bicara dengannya sehingga ia menulis dikertas dan memberikannya pada ku, jadilah kami berdua ngobrol di lembaran kertas yang akhirnya aku lipat seperti perahu kertas.

Merek minuman, ini konyol, ya sangat konyol. Aku menyimpan plastik merek sebuah minuman dalam kardus itu—tapi itu berharga, mengingatkan ku ketika pertama kalinya dia membelikan aku minuman tanpa ku minta, bahkan membukakan tutup minuman yang sebenarnya aku bisa buka sendiri, namun aku terlalu manja untuk membukanya.

Foto, aku sering sekali mencuri ketampanannya lewat jepretan foto dengan sembunyi-sembunyi dan dia tidak pernah tau itu. Foto saat dia ngupil, memperbaiki poni rambutnya yang agak alay, foto saat dia memperhatikan ku, foto saat dia presentasi tugas kuliah dan juga fotonya saat tidur, foto yang membuat ku memanggilnya dengan panggilan ‘kebo’.

Gelas, ini hadiah yang terakhir yang ia berikan pada ku—setelah pulang KKL dari Bali. Benda ini membuat ku takut, kecewa, sedih namun konyol dan senang. Rasanya ingin tertawa setelah melihat ada tempelan harga digelas itu, entah saking groginya, dia sampai lupa mencopotnya dan langsung memberikannya pada ku. Tapi—membaca tulisan yang ada di gelas itu membuat ku sedih karena inti tulisan itu adalah meminta ku untuk tidak lagi berjuang untuk memilikinya.

Ya—memang benar, setelah gelas itu ada ditangan ku, kisah kami berakhir. Kami tidak lagi mengirim pesan singkat seperti biasanya, saling menghindar dan itu menurut ku sangat menyakitkan. Aku sangat tersiksa bahkan untuk melupakannya aku sudah tidak bisa, apalagi terakhir ku dengar, ia sudah pacaran dengan gadis lain dari kampus yang sama.


Airmata ku menetes, melihat semua barang didalam kardus itu, membukanya mengingatkan ku dengan Gema, membuat ku kembali membuka luka lama. Mungkin cuma keajaiban yang bisa membuat dia kembali pada ku seperti dulu.
Share: