Sudah
lama tidak menulis, aku tidak tau lagi apa yang harus ku tulis. Aku ingin
menulis tentang mu—tapi aku tidak punya seseorang yang bisa aku panggil ‘kamu’.
Memang ada yang ku harapkan, tapi pengalaman masa lalu membuat ku tidak ingin terlalu
banyak bercerita tentangnya, aku tidak ingin membebaninya—dan aku lebih ingin
Tuhan lebih banyak tau tentangnya ketimbang orang lain.
Dan
dia terlalu indah untuk diceritakan dalam kata di sebuah tulisan, dia lebih
indah untuk diceritakan dalam kata di antara doa-doa yang aku panjatkan di sela
sujud ataupun saat tangan ku mengadah kelangit.
Dulu
awalnya—aku berdoa agar dia menjadi jodoh dan masa depan ku, tapi setelah
semakin mengenal Tuhan, aku pikir aku tidak boleh memaksanya. Ia-lah yang
paling tau yang terbaik untuk ku, bukan aku ataupun siapapun di dunia ini.
Oleh
karena itu, jika dia terbaik untuk ku—kemanapun kami berada, dimanapun,
kapapun. Tuhan akan selalu mempertemukan kita, dengan bersama siapapun kita
sekarang—Tuhan pasti punya jalan untuk membuat kita bersama.